Iklan

Iklan

Komitmen Kementerian Agama Kabupaten Banyumas

Kantor Urusan Agama PUSAKA Kecamatan Kedungbanteng.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Galeri Foto

Kantor Urusan Agama PUSAKA Kecamatan Kedungbanteng.

Kamis, 22 Agustus 2024

Pernikahan Bedolan


 Pernikahan Bedolan

Senin, 19 Agustus 2024

APEL SENIN PAGI KUA PUSAKA KEDUNGBANTENG


 APEL SENIN PAGI KUA PUSAKA KEDUNGBANTENG

Apel Senin Pagi KUA Pusaka Kedungbanteng Tingkatkan Disiplin Pegawai


Kedungbanteng - Kantor Urusan Agama (KUA) Pusaka Kedungbanteng mengadakan apel pagi rutin. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh pegawai KUA dan dipimpin langsung oleh Kepala KUA diwakili Penghulu Sutrisno,  Senin (19/8).


Dalam amanatnya, Pembina apel menekankan pentingnya disiplin dan profesionalisme dalam melayani masyarakat. Beliau juga mengingatkan pegawai untuk selalu menjaga integritas dan meningkatkan kualitas pelayanan.


Apel pagi ini merupakan salah satu upaya KUA Pusaka Kedungbanteng dalam membangun semangat kerja dan memperkuat koordinasi antar pegawai. Kegiatan serupa akan terus dilaksanakan setiap Senin pagi untuk memastikan kinerja optimal KUA dalam melayani masyarakat.



Senin, 12 Agustus 2024

𝗞𝗲𝗺𝗲𝗿𝗱𝗲𝗸𝗮𝗮𝗻



 𝗞𝗘𝗠𝗘𝗥𝗗𝗘𝗞𝗔𝗔𝗡

Sesungguhnya setiap bangsa itu memiliki kematian, dan kematian setiap umat ini adalah hari kelenyapan (hilang) kemerdekaan umat atau bangsa itu sendiri.

Kemerdekaan adalah sebuah karunia Allah, Tuhan Yang Maha pencipta kepada makhluk-Nya, yang diharapkan makhluk itu bisa memanfaatkan dengan baik untuk dirinya sendiri dan orang lain.

Hurriyyah (kemerdekaan) dalam bahasa, berarti “pembahasan” dari segala ikatan. Al-Hurru (orang yang merdeka) adalah lawan Al-‘Ahdu (hamba sahaya), sebab dia (Al-Hurru) bebas dari ikatan perbudakan. Al-Hurru juga berarti “pilihan”. Bisa juga berarti “baik”, jika digabungkan dengan kata Ath-Thin atau Ar-Ramlu. Ramlatun Hurrun artinya: “Pasir yang bagus ditanami”, Ardhum Hurrun artinya “tanah yang bagus”.

Dari uraian makna kata Al-Hurriyyah-tersebut, engkau mengerti, bahwa kata Al-Hurriyyah (kemerdakaan) menunjukkan pengertian suci, bersih, bagus dan kemurnian sesuatu dari hal-hal yang mengotori dan menodainya.

Orang yang merdeka -dalam pengertian baru dan benar-, ialah orang yang murni pendidikannya, bersih jiwanya, berpegang teguh dengan sifat-sifat terpuji, menjauhkan diri dari sifat-sifat tercela, melepaskan diri dari segala bentuk ikatan perbudakan dan melaksanakan kewajiban yang menjadi kewajibannya.

Sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah swt. tidak untuk menjadi budak atau hamba orang lain. Tidak untuk menjadi bola yang ditendang ke sana-kemari sesuka hati, dibuat permainan tangan-tangan penguasa, dipermainkan menurut kemauan dan kesenangan hati para pembesar, tetapi manusia diciptakan oleh Allah swt., agar dia bekerja dan beramal, baik secara individu atau kolektif, sesuai hukum Allah yang berlaku, yakni kebebasan atau kemerdekaan.

Anugerah Allah yang besar berupa kemerdekaan ini tidak akan dicabut oleh Allah -dari umat manusia-, kecuali disebabkan rusak jiwa dan mental mereka yang dibuat oleh orang-orang yang zalim. Mereka yang zalim itu, tidak membiarkan mereka (bangsa yang hendak dijajah) mencurahkan hatinya dengan ilmu pengetahuan. Sebab mereka tahu benar, bahwa ilmu yang benar itu justru akan menunjukkan mereka mengetahui hak-haknya. Ilmu yang benar itu bagaikan percikan api yang mengobarkan cita-cita (membebaskan diri) dalam jiwa mereka dan membuat orang yang berakal peka, manakala diperalat oleh kekuasaan yang bertindak sewenang-wenang.

Khalifah Umar bin Al-Khaththab r.a. bertanya kepada ‘Amer bin Al-‘Ash. gubernur Mesir, tatkala anaknya berani memukul orang Mesir.

“Sejak kapan engkau memperbudak orang-orang yang dilahirkan Oleh ibu-ibu mereka dalam keadaan bebas (merdeka).”

Ingat, seseorang itu belum bisa dianggap merdeka, kecuali jika jiwanya telah mendapatkan pendidikan sempurna, tumbuh dalam hatinya kemauan keras, memiliki ilmu tidak sedikit, kemudian berani membebaskan diri dari cengkeraman dan kungkungan orang yang menguasainya dengan kekuatan dan paksaan. Barangsiapa yang belum bisa seperti itu, maka orang tersebut masih jauh dikatakan sebagai orang yang merdeka dan antara dia dengan kebebasan atau kemerdekaan, masih terhalang oleh hamparan hutan belukar yang sangat angker.

Tidak bisa disebut orang merdeka, orang yang menjadikan kemerdekaan sebagai kesempatan melakukan perbuatan yang hina, jalan menuju kerusakan, atau menjadikannya pedang untuk melenyapkan baju iffah,’ menggunakannya sebagai tombak untuk menusuk sifat-sifat keutamaan atau memanfaatkannya sebagai anak panah untuk merobekrobek kehormatan orang.

Bukanlah kemerdekaan, perbuatan seseorang yang dapat menimbulkan bahaya pada dirinya sendiri dan orang lain, misalnya memboroskan harta kekayaan, melecehkan sifat kemanusiaan, membelokkan perbuatan kemungkaran, melakukan pengerusakan tatanan kemasyarakatan dengan perbuatan-perbuatan yang menyakiti hati orang, mengadu domba, menggunjing, bermusuhan dan perbuatanperbuatan lainnya, yang tidak sesuai dengan akhlak mulia.

Sebenarnya, banyak orang yang mengaku sebagai orang merdeka, tetapi memakai pakaian budak, dia menjadi tawanan nafsunya, budak pemimpin atau penguasa, dan budak hawa nafsu amarah, yang jika mendorongnya berbuat kerusakan, patuh melakukannya. Jika nafsu amarah itu menggelitiknya, agar memfitnah dan mengancam orang lain, maka dengan cepat memenuhinya. Namun, apabila akal sehatnya mendorongnya untuk mengerjakan hal-hal yang dapat menghidupkannya, dan orang yang tajam pikirannya menganjurkan, agar melakukan sesuatu yang dapat mengangkat derajatnya serta apabila para kesatria mengajaknya agar bangkit bersama rakyat dan mendukungnya. Maka, dia berpura-pura tidak mendengar seruan tersebut, atau bahkan dia menempuh jalan berpolemik dengan orang yang menyerukan hal tersebut. Kemudian dia mengklaim dirinya sebagai orang yang merdeka. Kemanusiaan dan kebebasan tiada lain adalah dua faktor utama, kemakmuran dan dua unsur pokok kehidupan masyarakat yang harmonis.

Bangsa mana pun yang ingin mencapai puncak peradaban yang tinggi dan kemakmuran yang merata, maka harus bekerja keras mendidik individu-individu bangsa, memahami arti kebebasan dan kemerdekaan yang sebenarnya, harus mencekoki putra-putranya dengan nilai-nilai luhur bangsa yang bersih dan murni.

Wahai, generasi muda, bangkitkan berjuang untuk mencapai kemerdekaan yang sejati, yang bebas dari campur tangan orang munafik dan pengkhianat, karena kemerdekaan yang murni itulah jalan satusatunya mencapai kejayaan. Kemerdekaan yang sejati adalah jalan menuju kehidupan yang bahagia.









𝗦𝗹𝗮𝗺𝗲𝘁 𝗥𝗶𝘆𝗮𝗱𝗶, 𝗦.𝗛.𝗜

𝗣𝗲𝗻𝘆𝘂𝗹𝘂𝗵 𝗔𝗴𝗮𝗺𝗮 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺 ( 𝗣𝟯𝗞 ) 𝗞𝗲𝗰𝗮𝗺𝗮𝘁𝗮𝗻 𝗞𝗲𝗱𝘂𝗻𝗴𝗯𝗮𝗻𝘁𝗲𝗻𝗴